Jakarta punya area cornering bergaya road race. Yup, di daerah sekitaran Monas, Jakarta Pusat. Honda Scoopy milik M. Reza Perdana Putra ini, kerap diadu dengan motor komunitas lain di tempat yang punya julukan lain Monasco itu.
Kelar kopdar alias kopi darat, membalap versi jalan raya ala Monte Carlo (Monaco) itu dilakukan warga Bekasi, Jawa Barat ini. “Hampir setiap malam minggu bareng teman-teman melahap tikungan Monasco,” kata pria yang memakai behel gigi ini.
Biar skubek milik Reza tetap gurih di trek Monasco, pastinya tidak dalam keadaan mesin standar. Apalagi, Scoopy ini juga sering 'bermain' dengan motor lain yang kondisinya sudah enggak standar lagi. Maka itu, Reza membekali pacuan matik retro-nya dengan isi silinder yang membengkak. Yup! Tak lagi 108 cc, tapi sudah sentuh 174 cc.
Buat urusan engine, doi pun mempercayakan ke H. Indra yang mekanik Ziggy Motorsport. “Kapasitas 174 cc itu akibat main bore up dan stroke up,” ungkap Indra yang workshopnya di Jl. Raya Hankam No. 7, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat.
Piston, pakai merek Kawahara yang diameter 58,5 mm. Indra pun ingin agar rasio kompresi mesin bermain lebih tinggi. Maka itu, dome piston dibuat jadi 14,5 mm. Wah, tinggi banget tuh!
CDI BRT I-Max menyesuaikan setingan
Sabar! Angka itu didapat ketika tinggi dome diukur mulai dari lubang pen piston sampai ujung teratas seher. Lewat permainan dome dan pemapasan kepala silinder hingga 0,5 mm itu, kompresi engine kini sentuh 12,5 : 1. “Gak usah ketinggian juga. Jadi masih bisa andalkan Pertamax Plus atau bensin oktan 95 merek lain,” sebut mekanik yang memiliki tato ikan di kakinya ini.
Usai bermain bore up, kini giliran langkah piston yang diracik. Stroke dibuat lebih panjang lewat geser pen kruk as sejauh 5 mm. Naik-turun, jadi 10 mm. So, total stroke sekarang bermain di 65 mm.
Agar asupan di ruang bakar tercukupi, klep standar disingkirkan. Gantinya, pakai klep milik Honda Sonic yang punya ukuran 28 mm (in) dan 24 mm (ex). Bentuk kubah di head, tentunya mengikuti diameter piston.
Pemakaian klep besar itu juga demi mengimbangi pergantian pengabut bahan bakar. Pakai karbu Keihin PE 28 mm, tapi direamer lagi venturinya hingga 20 mm. “Awalnya coba enggak direamer. Tapi, putaran atasnya seakan enggak jalan. Dicoba mainkan spuyer, tetap saja enggak dapat hasil bagus,” kata mekanik yang sudah bergelar Haji ini.
Noken as Kawahara tinggal pasang (kiri) - Knalpot DBS bikin putaran atas makin ngacir (kanan)
Tapi, usai direamer dan pakai pilot jet 45 dan main jet 145, Scoopy malah ngacir. Selesai mengerjakan engine, mekanik yang juga beken dipanggil Bego ini melanjutkan kebagian pengapian. Buat CDI, pria beranting ini mempercayai CDI BRT I-Max yang memiliki 20 step.
Koil Yamaha YZ125 juga ikut dikombinasikan dengan pengapian asal Cibinong, Bogor, Jawa Barat itu. Pastinya, ada alasannya tuh! "Kedua peranti itu, menurut saya pas buat di mesin bore up. Tinggal seting timing pengapian, putaran atas dan bawah jadi lebih mantap,” beber pria yang juga suka ngebanyol itu.